Archives

0

Apa khabar?

anak baru GEDE Selasa, 20 Maret 2012
Apa khabar?
Kutulis surat ini, sementara kubiarkan senyummu sesekali lindap di belakang
benakku. Ingin kutulis semua yang tak satu potongpun bisa kusampaikan langsung
padamu. Ketika tidak mungkin lagi aku menyentuhmu di luar bayangan yang ada di
kepalaku sendiri.
Aku harus berhenti sejenak dari perjalanan kali ini, my solitary journey, perjalanan
menemukan apa yang berharga dari hidup. Karena tiba-tiba ada yang terasa begitu
dekat dan indah, membuncah-buncah di kepala dan dada, dengan kehadiranmu.
Sampai batas tertentu aku tetap saja begerak antara superego, ego dan pertanyaan-
pertanyaan yang harus aku jawab sendiri tentangmu. 
0

Hanya untuk senyummu

anak baru GEDE Jumat, 09 Maret 2012
Aku pasti sudah sering menyebut sesuatu tentang hujan, hm... tepatnya gerimis.
Aku tidak tahu bagaimana asal mulanya, tapi ini sebenarnya mungkin sudah lama.
Dulu aku tidak pernah sadar benar, bahwa gerimis bisa menghadirkan pesona
seperti itu. Di kamar kost-ku yang kecil dan pengap itu, depannya ada beranda kecil,
dimana aku bisa duduk di depan pintu atau berdiri di depan jendela kamar
menikmati gerimis. Tuhan adalah pencipta yang penuh ide. Dibuatnya sebuah siang
merangkak menjadi senja dengan gerimis, sementara aku bisa duduk dekat jendela,
dengan segelas kopi panas dan jazz ringan di belakang... hm. Bisakah kamu
bayangkan itu? Pada saat seperti itu, aku begitu penuh. Aku duduk diam, bicara
dengan gerimis, tentang banyak hal, semua yang imajinatif atau nyata. Pesannya
begitu jelas, Dia susupkan pelahan selimutnya di sela taburan gerimis, juga bulir-
bulir yang merayap. Rasa damai itu merayap pelahan, mengisi seluruh kamar
sampai sudut-sudut hati, sambil menebar bau tanah basah. Kalau kita pejamkan
mata, sambil menghitung semua yang bisa disyukuri, damainya hampir seperti
ketika jam-jam senyap senggang, kita meniti tasbih.
Sejak itu, setiap gerimis selalu membangkitkan kembali suasana ritmis mistis. Aku
bisa membentangkan sayap-sayap mimpiku ke dunia nyata. Aku bisa mengulang lagi
pelajaran mengeja bahasa yang tak punya kata. Hanya melibatkan perasaan, pikiran
dan getaran-getaran purba. Jangan campur adukkan imajinasi dengan prasangka.
Kita adalah cermin eksistensi-Nya. Karena kita adalah dunia.
Pada tiap penggalan perjalanan, seperti itu, aku bisa mengukurnya dengan getaran
yang sama pada waktu yang lain. Seperti ketika hujan malam, dengan segelas besar
kopi panas buat kami bertujuh, di sebuah ruang yang sempit di sebuah sudut
Bandung yang lusuh. Aku dan teman-temanku tidur berdesakan. Hanya berdehem-
dehem, lalu ketawa kecil. Biasanya karena menertawakan ketololan kami sendiri.
Ada banyak yang bisa diceritakan, aku juga pilih diam. Cuma ada dingin menggigit,
ruang sempit dan mimpi tentang cinta yang sengit....:)

About Me

anak baru GEDE
Lihat profil lengkapku
 
Copyright 2010 Ada apa dengan CINTA
by Distribution New Blogger Templates